2.1 Definisi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan
merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang kami bahas dalam makalah
ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini
ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema,
convulsi, coma, atau gejala-gejala lain.
Klasifikasi menurut American
Committee and Maternal Welfare:
Diagnosa dibuat atas dasar
hipertensi dengan proteinuri atau oedema atau kedua-duanya pada wanita hamil
setelah minggu 20.
- Hypertensi yang kronis.
Diagnosa dibuat atas adanya
hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari
kehamilan dan hipertensi ini tetap setelah kehamilan berakhir.
- Preklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang kronis. Pasien dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuri, oedem dan kelainan retina.
- Transient hypertension.
Diagnosa dibuat kalau timbul
hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita
yang tadinya normotensif dan yang hilang dalam 10 hari post partum.
Hipertensi pada saat kehamilan yang
dibahas dalam makalah ini adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat
hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
2.2 Etiologi
Hipertensi pada kehamilan jauh lebih
besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :
- Terpajan ke vilus korion untuk pertama kali
- Terpajan ke vilus korion dalam jumlah sangat besar, seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatiosa
- Sudah mengidap penyakit vaskular
- Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
2.3 Patofisiologi
Vasospasme adalah dasar
patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard
(1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembulh-pembuluh darah halus
dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan
dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena.
Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi
penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II
menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin
menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel
endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan
fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama
dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan,
nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi
yang berat.
2.4 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis untuk Hipertensi
ringan dalam kehamilan antara lain :
- Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
- Proteinuria samar sampai +1
- Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi
berat dalam kehamilan antara lain:
- Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
- Proteinuria + 2 persisten atau lebih
- Nyeri kepala
- Gangguan penglihatan
- Nyeri abdomen atas
- Oliguria
- Kejang
- Kreatinin meningkat
- Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin
terhambat
12. Edema paru
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
- CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar
- MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
2.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaannya antara
lain :
- Deteksi prenatal dini
Waktu pemeriksaan pranatal
dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28 mingg, kemudian setiap 2
minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu setiap minggu.
- Penatalaksanaan di rumah sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan
mencakup:
- Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan berat yang pesat
- Berat badan saat masuk dan kemusian setiap hari
- Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
- Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah malam dan pagi hari
- Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
- Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun USG
- Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat
yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya dianjurkan pelahiran janin demi
kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya diinduksi dengan oksitosin intravena.
Apabila tampaknya induksi persalinan hampir pasti gagal atau upaya induksi
gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus yang lebih parah
- Terapi obat antihipertensi
Pemakaian obat antihipertensi
sebagai upaya memperlama kehamilan atau memodifikasi prognosis perinatal pada
kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam berbagai tipe dan keparahan telah
lama menjadi perhatian.
- Penundaan pelahiran pada hiperetensi berat
Wanita dengan hiperetensi berat
biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada tahun-tahun terakhir, berbagai
penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan yang berbeda dalam
penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari aterm.
Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau “menunggu”
terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin
tanpa mengurangi keselamatan ibu.
2.7 Komplikasi
- Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya
berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload
jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis
hipervolemia kehamilan.
- Perubahan hematologis
- Gangguan fungsi ginjal
- Edema paru
Prognosis selalu dipengaruhi oleh
komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam
kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya yang
dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi
ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari
3% kasus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah
dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan
dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara
sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna Keliat, 1994,
2 ).
Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama dengan klien,
keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (
Carpenito, 2000, 2 ).
1.1 PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Data-data yang dikumpulkan atau
dikaji meliputi :
- Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang
dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih
dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan
hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat
hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah
ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998
tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk
wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade,
menurut National Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan
1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan
dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang
lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara
keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.
- Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada
kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk
bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein
dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
- Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam
kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala
(tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu
juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal,
rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau
menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
- Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi
sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria,
nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti
primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
- Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab
jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah
diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat
sampai delapan kali
- Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
- Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko
lebih dari dua kali lipat.
- Pengkajian sistem tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas
sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan
obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada
dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi.
Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa
hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang.
Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain
seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat
hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah,
takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan
TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya
pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat
diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan
hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama
setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego
meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan
kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis,
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes
mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada
glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian
besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy
ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut
endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer
lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim
hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang
disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan
kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri
hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen,
nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural
3.2 DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan
melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan yang
umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal
berikut.
- Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d
- Hipertensi
- Vasospasme siklik
- Edema serebral
- Perdarahan
- Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d
- Terapi magnesium sulfat
- Edema paru
- Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d
- Terapi antihipertensi yang berlebihan
- Jantung terkena dalam proses penyakit
- Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d
- Vasospasme sistemik
- Hipertensi
- Penurunan perfusi uteroplasenta
- Risiko tinggi cedera ibu b.d
- Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal
- Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi
- Risiko tinggi cedera pada janin b.d
- Insufisiensi uteroplasenta
- Kelahiran premature
- Solusio plasenta
- Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin
3.3 INTERVENSI
3.3.1. Perubahan perfusi jaringan
b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral, Perdarahan
- Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi
- Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis, penurunan tekanan darah, edema
Implementasi
|
Rasional
|
|
|
3.3.2 Resiko cedera tinggi pada ibu
b.d. iritabilitas SSP
- Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal
- Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang
Implementasi
|
Rasional
|
|
data-data dasar dugunakan untuk memantau hasil
terapi
MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada
sambungan mioneural dan merelaksasi vasospasme
Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun
sehingga dapat menyebabkan depresi pernapasan berat
Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang
|
3.3.3. Resiko tinggi cedera pada
janin b.d fetal distress
- Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin
- Kriteria hasil : – DJJ ( + ) : 12-12-12
Implementasi
|
Rasional
|
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda
solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin
turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang
diberi SM
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST |
Peningkatan DJJ sebagai indikasi
terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
Ibu dapat mengetahui tanda dan
gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
|
3.3.4. Kecemasan berhubungan dengan
ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
- Tujuan: ansietas dapat teratasi
- Kriteria hasil:
- Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
- Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
Mandiri
|
lumayan,,,
BalasHapuspi sama kyk blog2 yg lain,,,kyak ngOpas jha,,
yg menyImpulkan sndri lah,,biar sistematikanya rada beda dkit,.,
terima kasih untuk infonya, sangat bagus dan bermanfaat sekali
BalasHapusOBAT DARAH TINGGI,
pathwaynya kok tdk ada
BalasHapus